Sebanyak 12 orang putra daerah Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat belajar pengembangan ternak di Kabupaten Bantaeng. Selama berada di Bantaeng hingga 18 September 2009, para tamu dari Kabupaten berjuluk Kota BAHARI yang ada di Papua Barat itu didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Raja Ampat (Ir. Mahmudi). Kedatangannya di kabupaten berjarak 120 kilometer arah selatan Kota Makassar tersebut diterima Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng (Ir. H. Akil Resa) dan Kepala Bidang Peternakan, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng (Ir. Ritha Pasha) di Kantor Bidang Peternakan Kabupaten Bantaeng, tepatnya hari Senin tanggal 14 September 2009.
Kadis. Pertanian dan Peternakan Kabupaten Raja Ampat mengatakan, kehadirannya di Kabupaten berjuluk Butta Toa dimaksudkan membawa nilai tambah terhadap daerah pulau itu. Kami menaruh harapan besar, dari studi banding ini kami dapat memproduksi ternak dan limbahnya dengan baik, terang Mahmudi yang mengaku mengetahui perkembangan Kabupaten Bantaeng dari sejumlah informasi. Dari informasi yang kami peroleh, Kabupaten Bantaeng tak hanya mengembangkan ternak tapi juga memproduksi biogas dari kotoran ternak serta pupuk yang juga berasal dari kotoran ternak, tambahnya.
Karena itulah, kami ingin belajar lebih jauh sebab Kabupaten Raja Ampat memiliki potensi pengembangan sapi. Ini menjadi prioritas kami, tandasnya lagi. Menurut Mahmudi, populasi sapi yang ada di wilayah kerjanya mencapai 1300 ekor, terbanyak di kawasan transmigrasi. Melalui studi banding ini, kami ingin mengembangkan ke tempat lain, urainya. Ia mengakui, dari 46 ribu Kilometer luas Kabupaten Raja Ampat, 80 persen berupa wilayah laut sehingga masyarakat bergantung pada hasil laut. Meski begitu, dengan kondisi alam yang memungkinkan, kami memprioritaskan pengembangan ternak sapi, tambah Mahmudi seraya berharap potensi ternak dan limbahnya itu bisa dimanfatkan seperti di Bantaeng.
Limbah ternak kami terbuang percuma bahkan mencemari lingkungan. Mudah-mudahan kami juga bisa membuat kompos dan pupuk organik dari limbah ternak tersebut seperti di Bantaeng, terang Mahmudi. Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng menyambut baik keinginan para peternak yang didampingi Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kepala Bidang Produksi Peternakan Kabupaten Raja Ampat. Kami siap membantu rencana pengembangan ternak di Papua Barat, terang Akil Resa. Beliau mengatakan, keberhasilan Kabupaten Bantaeng tidak terlepas dari keseriusan para petugas di bidang peternakan.
Sebelum teknologi pengembangan ternak melalui inseminasi buatan serta cara membuat kompos dan pupuk dari limbah dikembangkan, petugas kami juga diikutkan dalam berbagai studi banding ke berbagai daerah di Indonesia. Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng kemudian memberi contoh perkembangan inseminasi buatan yang sudah bisa mengembangkan ternak sapi hingga berharga Rp 15 jutaan dibanding kawin alam yang harganya hanya Rp 5 jutaan.
Ia berharap kepada peserta pelatihan produksi ternak dari Kabupaten Raja Ampat agar dapat menempatkan personil yang memang memiliki minat terhadap ternak agar bisa melakukan inseminasi sendiri. Tentang pengolahan limbah yang memanfaatkan kotoran sapi, Ritha mengatakan, sudah 8 kelompok yang mengelola usaha limbah kompos padat dan cair (pupuk organik). Sedangkan yang mengembangkan limbah ternak untuk biogas sudah 6 kelompok.
0 komentar :
Post a Comment
Your comments are inputs for our