Computer Application, Maintenance and Supplies

Sunday, May 10, 2009

Bantaeng Agrowisata 2011


TEKAD Pemerintah Kabupaten Bantaeng untuk menjadikan daerah berjarak 120 Kilometer arah selatan Kota Makassar ini menjadi Kabupaten berbasis buah dan benih, perlahan tapi pasti akan segera terwujud.



Itu dibuktikan dengan pengiriman 10 orang petani ke Kota Batu, Jawa Timur untuk mengikuti bimbingan teknis (Bintek) dari Kelompok Tani Makmur Abadi, kelompok tani yang menjadi mitra Kelompok Tani Muntea, Kabupaten Bantaeng. Meski hanya berlangsung sehari penuh, perjalanan Selasa-Kamis yang dipimpin Kepala Bidang Hortikultura (H. Suaib) itu menjadi sarat makna sebab petani Muntea yang juga didampingi sejumlah penyuluh dan bagian program Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantaeng itu mendapat banyak pelajaran tentang tata cara bercocok tanam apel yang baik.

Walikota Kota Batu (Eddy Rumpoko) yang didampingi Wakilnya, Budiono saat menerima petani bersama Bupati Bantaeng (H. M. Nurdin Abdullah) bahkan mengemukakan kesiapan pihaknya untuk membantu petani Bantaeng mewujudkan perkebunan buah yang berasal dari Eropa ini. Kami siap membantu mewujudkan program pengembangan tanaman apel di Bantaeng, terang Eddy Rumpoko.

Ia kemudian mengemukakan potensi wilayahnya yang akan terus dikembangkan, namun tetap memberi perhatian terhadap hutan yang masih ada agar tetap memberikan kesejukan dan panorama alam yang menjadi andalan Kota Batu. Jangan sampai lingkungan dan alam sekitar kita rusak karena pembangunan perumahan. Ini benar-benar menjadi perhatian kami, tandas Eddy yang mengaku lebih mengenal nama Bonthaeng. Tadi, saya kira Bantaeng itu daerah baru. Ternyata Bonthaeng yang sudah saya kenal karena saya pernah ke Makassar dan Kabupaten Gowa, terangnya.

Walikota juga menyambut baik kerja sama yang sudah terjalin antar kelompok tani. Ke depan, kerja sama tersebut perlu ditingkatkan menjadi kerja sama antar Pemda, urainya. Kerja samanya pun jangan hanya apel sebab Kota Batu juga mengembangkan tanaman hias yang sudah dikirim ke seluruh Indonesia. Selain kedua jenis tanaman unggulan tersebut, Batu juga kini sedang mengembangkan tanaman anggur dataran tinggi, tambah Kadis Pertanian dan Kehutanan Kota Batu, Hendro Prasetyo. Selain Selekta yang sudah dikenal sebagai tempat rekreasi wisata agro yang dilengkapi rumah mantan Presiden RI pertama, Soekarno, masih banyak tempat lain yang yang menjadi andalan Kota Batu.

Ia berharap, petani Bantaeng memanfaatkan kesempatan ini untuk menimba ilmu sebanyak mungkin. Kita sama-sama belajar, tambah Prasetyo, Kepala Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji yang juga pengurus Kelompok Tani Makmur Abadi.

Kabid Hortikultura Dinas Pertanian dan Kehutanan, H. Suaib mengemukakan, sejak jalinan kerja sama berjalan yang dibuktikan dengan penanda tanganan naskah kesepahaman Desember 2008, petani Muntea sudah mencoba menanam 1000 pohon. Jumlah tersebut dilakukan 9 orang petani. Kini, jumlah petani yang tertarik mengembangkan tanaman apel semakin banyak karena sudah melihat contoh. Keseribu pohon yang ditanam menunjukkan pertumbuhan yang baik. Meski begitu, sesuai petunjuk bunga awal dari tiap pohon masih digugurkan agar memperoleh hasil yang baik.

Untuk itu, ia berharap kedatangan bibit sebanyak 9 ribu pohon, yang diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama, semakin menggairahkan petani. Bila bibitnya sudah tiba, kita akan kembangkan ke kecamatan lain. Dan, bila tahun ini ditanam, Insya Allah tahun 2011 kita sudah siap menjadi daerah Agrowisata buah, tambah Suaib.

KOTA BATU kedua

Bupati Bantaeng HM Nurdin Abdullah menilai, kerja sama antar kedua kelompok tani sangat surprise. Ia bahkan terkesan dengan perhatian Kelompok Tani Makmur Abadi bersama Pemda-nya yang dipimpin langsung Walikota. Ini betul-betul surprise karena kelompok tani bersama Dinas Pertanian dan Walikota sangat merespon, tandasnya. Nurdin menilai, rintisan kerja sama yang telah diawali kelompok tani Bantaeng, Sulsel dan Kelompok Tani Batu, Jatim sudah mulai menampakkan hasil.

Ini berkat kerja sama intens yang ditandai penandatangan naskah kesepahaman pada Desember 2008. Karenanya Pemda Bantaeng sangat memberi dukungan terhadap pengembangan apel di Ulu Ere sebab dari segi iklim dan topografi, kedua daerah ini memiliki kesamaan. Yang membedakan, dari Ulu Ere di Bantaeng, kita masih bisa melihat laut, sedang di Batu, tidak ada laut. Bantaeng memiliki tiga klaster yakni, darat, laut dan dataran tinggi yang masing-masing memiliki keunggulan, jelas Bupati Bantaeng.

Di laut ada rumput laut, di darat ada areal persawahan yang meski terbatas, namun produksinya cukup lumayan. Sedang pada dataran tinggi, dulu menjadi pensuplai sayur ke Kota Makassar. Dan, kini kami mencoba mengembangkan tanaman apel dan strawberry. Untuk strawberry, petani Muntea sudah berhasil mengembangkannya dan sudah banyak yang berkunjung langsung menyaksikan sehingga sudah menjadi penambah penghasilan petani.

Kami berharap, apel juga segera menjadi tanaman andalan yang bisa menambah penghasilan petani, urai Nurdin sembari mengemukakan rasa terima kasihnya kepada Pemda, khususnya Walikota Batu, Edy Rumpoko yang sangat merespon pengembangan apel di Bantaeng. Pengembangan apel itu sendiri memiliki fungsi ganda sebab hulu pegunungan di Bantaeng sudah rusak dan ini bisa membawa petaka tanah longsor dan banjir di Kota.

Kami ingin lahan yang sudah rusak itu bisa tertutup kembali dan pendapatan masyarakat bisa meningkat. Makanya kita menjatuhkan pilihan untuk melihat ke Batu, Jatim, tambahnya lagi. Dari kerja sama ini, Nurdin Abdullah berharap, Kabupaten Bantaeng bisa menjadi Kota Batu ke-2. Atau menjadi daerah tempat agrowisata menarik di kawasan timur Indonesia (KTI). Untuk mewujudkan hal itulah, tokoh petani yang sudah mencoba menanam apel diikutkan dalam Bintek yang berlangsung di Batu. Saya sangat bersyukur karena kelompok tani Makmur Abadi mau membagi ilmunya, ujar Nurdin Abdullah.

HINDARI RACUN

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan apel adalah masalah pupuk. Belajar dari pengalaman petani di Batu, petani Muntea harus bisa menghindari penggunaan pupuk kimia karena akan merusak tanah. Kita harus menghindari penggunaan pupuk kimia karena itu akan menjadi racun tanah, terang Sugiman, Ketua Kelompok Tani Makmur Abadi.

Hal itu juga dibenarkan Prasetyono, Kepala Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Kades yang juga pengurus Kelompok Tani Makmur Abadi itu mengatakan, pupuk kimia akan menurunkan produksi,
terangnya. Petani Bantaeng menyaksikan langsung kondisi lahan dan cara bercocok tanam apel yang bisa saja dilakukan tumpang sari dengan kopi atau tanaman produktif lainnya.

Kelompok tani yang berdiri tahun 2002 juga memperlihatkan cara merompes (pengguguran daun) yang bisa dilakukan setiap 6 bulan. Setelah digugurkan akan muncul tunas baru yang lebih produktif. Demikian pula dengan teknik menggunting serta cara melengkungkan batang maupun mengeluarkan penyakit dari batang pohon hingga cara perawatan lainnya diperlihatkan kelompok tani Makmur Abadi.

Kami berharap, petani Bantaeng bisa menguasai sehingga pengembangan apel bisa dilakukan dengan baik. Dengan begitu, kita berharap apel Indonesia bisa menguasai pasar dalam negeri. Kami berharap, apel impor semakin berkurang. Tapi itu juga tergantung bagaimana kita mengembangkan pertanian apel kita, tambah Sugiman.

0 komentar :

Post a Comment

Your comments are inputs for our